CERITA JAKARTA
Di Balik Stasiun Kereta Api Jakarta Kota – Stasiun Kereta Api Ini Memiliki 5 Fakta Menarik
Stasiun Kereta Api Jakarta Kota merupakan stasiun tertua yang dibangun sejak tahun 1870. Hingga saat ini stasiun ini masih aktif digunakan untuk jalur komuter Jabodetabek.
Stasiun ini memiliki nama lain yaitu Stasiun Beos yang letaknya persis di seberang Taman Fatahillah bahkan memiliki gaya bangunan yang khas dari zaman Belanda.
Stasiun Jakarta Kota merupakan salah satu ikon kereta listrik (KRL) atau stasiun commuter line. Stasiun pemberhentian terakhir ini, berada di kawasan wisata Kota Tua yang populer di kalangan wisatawan.
Di balik ramainya penumpang KRL yang memadati Stasiun Jakarta Kota, ternyata ada sejumlah fakta menarik tentang stasiun ini. Stasiun Jakarta Kota menjadi saksi sejarah perkembangan sistem perkeretaapian di ibu kota.
Fakta Stasiun Jakarta Kota. Berikut beberapa fakta tentang Stasiun Jakarta Kota seperti:
Stasiun terbesar di Indonesia
Padahal, Stasiun Jakarta Kota merupakan stasiun kereta api terbesar di Indonesia, berdasarkan informasi dari website KAI Heritage.
Stasiun ini memiliki ketinggian 4 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan 12 jalur kereta api. Sedangkan luasnya mencapai sekitar 325 hektar.
Punya nama lain
Stasiun Jakarta Kota memiliki nama lain yaitu Stasiun Beos yang merupakan singkatan dari Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschappij atau Perusahaan Angkutan Kereta Api Batavia Timur.
Selain itu, Stasiun Jakarta Kota juga dikenal dengan sebutan Batavia Zuid yang berarti Stasiun Batavia Selatan.
Nama ini muncul pada akhir abad ke-19, karena Batavia (sekarang Jakarta) memiliki stasiun kereta api Batavia Noord atau Batavia Utara yang terletak di sebelah selatan Museum Sejarah Jakarta sekarang dan Batavia Zuid atau Batavia Selatan.
Peresmian dengan pemegang kepala kerbau
Stasiun Jakarta Kota awalnya dibangun sekitar tahun 1870, kemudian ditutup pada tahun 1926 untuk ditinggikan ke gedung saat ini. Renovasi selesai pada 19 Agustus 1929 dan secara resmi mulai digunakan pada 8 Oktober 1929.
Menariknya, acara peresmian Stasiun Jakarta Kota digelar secara besar-besaran oleh Gubernur Jenderal JHR dengan menguburkan kepala kerbau. A.C.D. de Graeff yang memerintah pada masa Hindia Belanda tahun 1926 – 1931.
Arsitektur filosofis Yunani
Stasiun Jakarta Kota merupakan mahakarya arsitek Belanda kelahiran Tulungagung, yaitu Frans Johan Louwrens Ghijsels. Bangunan stasiun mengusung filosofi Yunani, dengan balutan art deco yang kental dan kesan sederhana.
Menurut filosofi Yunani kuno, kesederhanaan adalah jalan menuju keindahan. Ghijsels sendiri terkenal dengan ungkapan het indische bouwen, yaitu perpaduan antara struktur dan teknik barat modern dengan bentuk tradisional lokal.
Penetapan Cagar Budaya Stasiun Jakarta Kota
sebagai bangunan stasiun Cagar Budaya Berdasarkan Keputusan Gubernur Nomor 475 Tahun 1993 tanggal 29 Maret 1993 dan Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.13/PW.007/MKP/05 tanggal 25 April 2005.
Komentar
Posting Komentar